|
I.1. |
DENGAN
GAJI BULANAN
I.1.1 |
Ahmad
Zakaria pada tahun 2009 bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp 2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
100.000,00. Ahmad menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21
adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan |
|
Rp 2.500.000,00 |
Pengurangan : |
|
|
1. Biaya Jabatan : 5% x Rp
2.500.000,00 2. Iuran pensiun |
Rp 125.000,00 Rp
100.000,00 |
Rp
225.000,00 |
Penghasilan neto sebulan |
|
Rp 2.275.000,00 |
|
|
|
Penghasilan neto setahun
adalah |
|
|
12 x Rp 2.275.000,00 |
|
Rp 27.300.000,00 |
PTKP setahun |
|
|
- untuk WP sendiri - tambahan
WP kawin |
Rp 15.840.000,00 Rp
1.320.000,00 |
Rp
17.160.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak
setahun |
|
Rp 10.140.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp
10.140.000,00 =
PPh Pasal 21 sebulan Rp 507.000,00 : 12 = |
Rp 507.000,00
Rp
42.250,00 |
|
|
|
|
Catatan
:
- Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja
sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
- Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki
NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh
Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar : 120% x Rp 42.250,00 = Rp
50.700.000
- Untuk contoh-contoh selanjutnya diasumsikan penerima penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21 sudah memiliki NPWP, kecuali disebut lain dalam contoh
tersebut.
|
I.1.2 |
Bambang
Yuliawan pegawai pada perusahaan PT Yasa Buana, menikah tanpa anak, memperoleh
gaji sebulan Rp 2.000.000,00. PT Yasa Buana mengikuti program Jamsostek, premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Yasa Buana menanggung
iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang
Yuliawan membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.
Disamping itu PT Yasa Buana juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya.
PT Yasa Buana membayar iuran pensiun untuk Bambang Yuliawan
ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap
bulan sebeasr Rp 100.000,00, sedangkan Bambang Yuliawan membayar iuran pensiun
sebesar Rp 50.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21
Gaji sebulan Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja Premi Jaminan Kematian |
|
Rp 2.000.000,00 Rp
10.000,00 Rp 6.000,00 |
Penghasilan broto |
|
Rp 2.016.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya
jabatan 5% x Rp 2.016.000,00 2. Iuran Pensiun 3. Iuran Jaminan Hari
Tua |
Rp 100.800,00 Rp
50.000,00 Rp 40.000,00 |
Rp
190.800,00 |
Penghasilan neto sebulan |
|
Rp 1.825.200,00 |
Penghasilan neto setahun 12 x
Rp 1.825.200,00 |
|
Rp 21.902.400,00 |
PTKP - untuk WP sendiri -
tambahan WP kawin |
Rp 15.840.000,00 Rp
1.320.000,00 |
Rp 17.160.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak
setahun Pembulatan |
|
Rp 4.742.400,00 Rp
4.742.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp
4.742.000,00 = |
Rp 237.100,00 |
|
PPh Pasal 21 sebulan Rp
237.100,00 : 12 = |
Rp 19.758,00 |
|
|
I.1.3 |
Endang
Vidyawati adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja
pada PT Ventura Entiti dengan gaji sebulan sebesar Rp 2.500.000,00. Endang
Vidyawati membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 50.000,00 sebulan. Berdasarkan surat
keterangan dari Pemda tempat Endang Vidyawati berdomisili yang diserahkan kepada
pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan
apapun.
Penghitungang PPh Pasal 21 :
Gaji sebulan |
|
Rp 2.500.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya
Jabatan 5% x Rp 2.500.000,00 = 2. Iuran pensiun |
Rp 125.000,00 Rp
50.000,00 |
Rp
175.000,00 |
Penghasilan neto sebulan |
|
Rp 2.325.000,00 |
Penghasilan neto setahun 12 x
Rp 2.325.000,00 = |
|
Rp 27.900.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri -
tambahan karena menikah |
Rp 15.840.000,00 Rp
1.320.000,00 |
Rp
17.160.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak
setahun |
|
Rp 10.740.000,00 |
PPh Pasal 21 setahun 5% x Rp
10.740.000,00 = |
Rp 537.000,00 |
|
PPh Pasal 21 sebulan Rp
537.000,00 : 12 = |
Rp 44.750,00 |
|
|
I.1.4 |
Firma Utami
karyawati dengan status menikah tetapi belum mempunyai anak bekerja pada PT
Unggul Farmindo. Firma Utami menerima gaji Rp 3.000.000,00 sebulan. PT Unggul
Farmindo mengikuti program pensiun dan jamsostek. Perusahaan membayar iuran
pensiun kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, sebesar Rp 40.000,00 sebulan.
Firma Utami juga membayar iuran
pensiun sebeasr Rp 30.000,00 sebulan, disamping itu perusahaan membayarkan iuran
Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dar gaji, sedangkan
Firma Utami membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebasar 2,00% dari
gaji. Berdasarkan surat keterangan Pemda tempat Firma Utami bertempat tinggal
diketahui bahwa suami Firma Utami tidak mempunyai penghasilan apapun. Premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan
jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.
Penghitungan PPh
Pasal 21 :
Gaji sebulan Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja Premi Jaminan Kematian |
|
Rp 3.000.000,00 Rp
30.000,00 Rp 9.000,00 |
Penghasilan bruto sebulan |
|
Rp 3.039.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya
Jabatan 5% x Rp 3.039.000,00 = 2. Iuran Pensiun 3. Iuran Jaminan Hari
Tua |
Rp 151.950,00 Rp
30.000,00 Rp 60.000,00 |
Rp
241.950,00 |
Penghasilan neto sebulan |
|
Rp 2.797.050,00 |
Penghasilan neto setahun 12x Rp
2.797.050,00 |
|
Rp 33.564.600,00 |
PTKP - untuk WP sendiri -
tambahan karena menikah |
Rp 15.840.000,00 Rp
1.320.000,00 |
Rp
17.160.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak
adalah Pembulatan |
|
Rp 16.404.600,00 Rp
16.404.000,00 |
PPh Pasal 21 setahun 5% x Rp
16.4040.000,00 = Rp 820.200,00 |
|
|
PPh Pasal 21 sebulan Rp
820.000,00 : 12 = Rp 68.350,00 |
|
|
Catatan
: Apabila suami Firma Utami bekerja, besarnya PTKP Firma Utami adalah PTKP
untuk diri sendiri sebesar Rp 15.840.000,00 |
|
I.2 |
DENGAN
GAJI MINGGUAN DAN GAJI HARIAN Contoh-contoh perhitungan berikut ini hanya
berlaku bagi pegawai tetap (bukan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas)
yang gajinya dibayar mingguan atau harian.
I.2.1 |
Gaguk
Trimanto, menikah dengan satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada
Perusahaan PT Teguh Gemilang menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp
600.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Gaji sebulan adalah 4 x Rp
600.000,00 |
|
Rp 2.400.000,00 |
Pengurangan : Biaya
Jabatan 5% x Rp 2.400.000,00 |
|
Rp
120.000,00 |
Penghasilan neto sebulan |
|
Rp 2.280.000,00 |
Penghasilan neto setahun 12 x
Rp 2.280.000,00 |
|
Rp 27.360.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri -
tambahan karena menikah - tambahan untuk 1 anak |
Rp 15.840.000,00 Rp
1.320.000,00 Rp 1.320.000,00 |
Rp
18.480.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak
setahun |
|
Rp 8.880.000,00 |
PPh Pasal 21 5% x Rp
8.880.000,00 |
= Rp 444.000,00 |
|
PPh Pasal 21 sebulan Rp
444.000,00 : 12 |
= Rp 37.000,00 |
|
PPh Pasal 21 atas gaji/upah
mingguan Rp 37.000,00 : 4 |
= Rp 9.250,00 |
|
|
I.2.2 |
Harun Sntoso
pegawai pada perusahaan PT SEgara Hurip dengan memperoleh gaji mingguan sebesar
Rp 500.000,00. Harus kawin dan mempunyai seorang anak. PT Segara Hurip masuk
program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar
1,00% dan 0,30% dari gaji. PT Segara Hurip membayar iuran Jaminan Hari Tua
setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji dan Harun membayar iuran pensiun Rp
10.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji.
Penghasilan sebulan (4 x Rp
500.000,00) Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Premi Jaminan Kematian |
|
Rp 2.000.000,00 Rp
20.000,00 Rp 6.000,00 |
Penghasilan bruto |
|
Rp 2.026.000,00 |
|
|
|
Pengurangan : 1. Biaya
jabatan 5% x Rp 2.026.000,00 2. Iuran pensiun 3. Iuran Jaminan Hari
Tua |
Rp 101.300,00 Rp
10.000,00 Rp 40.000,00 |
Rp
151.300,00 |
Penghasilan neto sebulan
adalah |
|
Rp 1.874.700,00 |
Penghasilan neto setahun 12 x
Rp 1.874.700,00 |
|
Rp 22.496.400,00 |
PTKP - untuk wajib pajak -
tambahan karena menikah - tambahan seorang anak |
Rp 15.840.000,00 Rp
1.320.000,00 Rp 1.320.000,00 |
Rp
18.480.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak
setahun Pembulatan |
|
Rp 4.016.400,00 Rp
4.016.000,00 |
PPh Pasal 21 setahun 5% x Rp
4.016.000,00 |
= Rp 243.050,00 |
|
PPh Pasal 21 sebulan Rp
243.050,00 : 12 |
= Rp 20.254,00 |
|
PPh Pasal 21 sehari Rp
20.254,00 : 26 |
= Rp 779,00 |
|
|
|
I.3 |
PENGHITUNGAN
PPh PASAL 21 ATAS PEMBAYARAN UANG RAPEL
I.3.1 |
Ahmad
Zakaria sebagaimana tersebut dalam contoh nomor I.1.1. diatas pada bulan Juni
2009 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp. 3.5000.000,00 sebulan dan berlaku surut
sejak 1 Januari 2009. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut
maka Ahmad menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa
Januari s.d. Mei 20069). Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut,
terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2009
atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan demikian penghitungan
PPh Pasal 21 terutangnya adalah sebagai berikut :
Gaji Pengurangan : 1. Biaya
jabatan : 5% x Rp 3.500.000,00 = 2. Iuran Pensiun |
Rp 175.000,00 Rp 100.000,00 |
Rp
3.500.000,00
Rp 275.000,00 |
Penghasilan neto sebulan |
|
Rp 3.225.000,00 |
Penghasilan neto setahun : 12 x
Rp 3.225.000,00 |
|
Rp 38.700.000,00 |
PTKP - untuk wajib pajak -
tambahan karena menikah |
Rp 15.840.000,00 Rp
1.320.000,00 |
Rp
17.160.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak |
|
Rp 21.540.000,00 |
PPh Pasal 21 setahun 5% x Rp
21.540.000,00 = |
Rp 1.077.000,00 |
|
PPh Pasal 21 sebulan Rp
1.077.000,00 : 12 = |
Rp 89.750,00 |
|
PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2009 seharusnya adalah : 5 x Rp
89.750,00 = |
Rp 448.750,00 |
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei Mei 2009 5 x
Rp Rp 42.250,00 (dari perhitungan contoh I.1.1) = |
Rp 211.250,00 |
PPh Pasal 21 untuk uang rapel |
|
Rp
237.500,00 |
|
|
I.4 |
PENGHITUNGAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 21 TERHADAP PENGHASILAN BERUPA :JASA PRODUKSI, TANTIEM
GRATIFIKASI, TUNJANGAN HARI RAYA ATAU TAHUN BARU, BONUS, PREMI, DAN PENGHASILAN
SEJENIS LAINNYA YANG SIFATNYA TIDAK TETAP DAN PADA UMUMNYA DIBERIKAN SEKALI
DALAM SETAHUN
I.4.1 |
Joko Qurnain
(tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp
2.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima bonus sebesar
Rp 5.000.000,00. Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana Pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp
60.000,00
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :
I.4.1.a |
PPh Pasal
21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun):
Gaji setahun (12 x Rp
2.000.000,00) Bonus |
|
Rp 24.000.000,00 Rp
5.000.000,00 |
Penghasilan bruto setahun |
|
Rp 29.000.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya
Jabatan 5% x Rp 29.000.000,00 = 2. Iuran pensiun setahun 12 x Rp
60.000,00 = |
Rp
1.450.00,00
Rp 720.000,00 |
Rp
2.170.000,00 |
Penghasilan neto setahun |
|
Rp 26.830.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp
15.840.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak |
|
Rp 10.990.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp
10.990.000,00 = |
Rp 549.500,00 |
|
|
I.4.1.b |
PPh Pasal
21 atas Gaji Setahun
Gaji setahun (12x Rp
2.000.000,00) |
|
Rp 24.000.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya
Jabatan 5% x Rp 24.000.000,00 = 2. Iuran pensiun setahun 12 x Rp
60.000,00 = |
Rp
1.200.000,00
Rp 720.000,00 |
Rp
1.920.000,00 |
Penghasilan neto setahun |
|
Rp 22.080.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp
15.840.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak |
|
Rp 6.240.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp
6.240.000,00 = |
Rp 312.000,00 |
|
|
I.4.1.c |
PPh Pasal
21 atas Bonus
PPh Pasal 21 atas Bonus adalah : Rp 549.500,00 - Rp
312.000,00 = Rp 237.500,00 |
|
I.4.2 |
Karyawati
Ken Prameswari (tidak kawin) bekerja pada PT Prabu Kedaton dengan memperoleh
gaji sebesar Rp 2.750.000,00 sebulan. Perusahaan ikut dalam program jamsostek.
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dan Iuran Jaminan Hari
Tua dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%, 0,30%
dan 3,70% dari gaji. Prameswari membayar iuran Pensiun Rp 50.000,00 dan iuran
Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan. Dalam tahun
berjalan dia juga menerima bonus sebesar Rp 4.000.000,00
Cara menghitung
PPh Pasal 21 atas bonus adalah sebagai berikut :
I.4.2.a |
PPh Pasal
21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun):
Gaji setahun (12 x Rp
2.750.000,00) Bonus Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12xRp
27.500,00 Premi Jaminan Kematian 12 x Rp 8.250,00 |
|
Rp 33.000.000,00 Rp
4.000.000,00
Rp 330.000,00
Rp 99.000,00 |
Penghasilan bruto setahun |
|
Rp 37.429.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya
Jabatan 5% x Rp 37.429.000,00 = 2. Iuran pensiun setahun 12 x Rp
50.000,00 = 3. Iuran Jaminan Hari Tua 12 x Rp 55.000,00 = |
Rp 1.871.450,00
Rp
600.000,00
Rp 660.000,00 |
Rp
3.131.450,00 |
Penghasilan neto setahun |
|
Rp 34.297.550,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp
15.840.000,00 |
Penghasilan Kena
Pajak Dibulatkan |
|
Rp 18.457.550,00 Rp
18.457.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp
18.457.000,00 = |
Rp 992.850,00 |
|
|
I.4.2.b |
PPh Pasal
21 atas Gaji Setahun
Gaji setahun (12xRp 2.750.000,00)
= Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12 x Rp 27.500,00 = Premi Jaminan
Kematian 12 x Rp 8.250,00 = |
|
Rp 33.000.000,00
Rp
330.000,00
Rp 99.000,00 |
Jumlah |
|
Rp 33.429.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya
Jabatan 5% x Rp 33.429.000,00 = 2. Iuran pensiun setahun 12 x Rp
50.000,00 = 3. Iuran Jaminan Hari Tua 12 x Rp 55.000,00 = Jumlah |
Rp 1.671.450,00
Rp
600.000,00
Rp 660.000,00 |
Rp
2.931.450,00 |
Penghasilan neto setahun = |
|
Rp 30.497.550,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp 15.840.000,00
|
Penghasilan Kena
Pajak Pembulatan |
|
Rp 14.657.550,00 Rp
14.657.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp
14.657.000,00 = |
Rp 732.850,00 |
|
|
I.4.1.c |
PPh Pasal
21 atas Bonus
PPh Pasal 21 atas Bonus adalah : Rp 922.850,00 - Rp
732.850,00 = Rp 190.000,00
|
|
|
I.5 |
PENGHITUNGAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN PEGAWAI YANG DIPINDAHTUGASKAN DALAM
TAHUN BERJALAN
Pada saat pegawai dipindahtugaskan, pegawai yang
bersangkutan tidak berhenti bekerja dari perusahaan tempat dia bekerja. Pegawai
yang bersangkutan masih tetap bekerja pada perusahaan yang sama dan hanya
berubah lokasinya saja. Dengan demikian dalam penghitungan PPh Pasal 21 tetap
menggunakan dasar penghitungan selama setahun.
Contoh penghitungan
:
Agus Saparudin yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT
Nusantara Mandiri di Jakarta. Sejak 1 Juni 2009 dipindahtugaskan ke kantor
cabang di Bandung dan pada 1 Oktober 2009 dipindahtugaskan lagi ke kantor cabang
di Garut. Gaji Agus Saparudin sebesar Rp. 3.500.000,00 dan pembayaran iuran
pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp
100.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 :
I.5.1 |
Kantor
Pusat di Jakarta
Gaji sebulan |
|
Rp 3.500.000,00 |
Pengurangan 1. Biaya Jabatan
: 5% x Rp 3.500.000,00 = 2. Iuran pensiun = |
Rp 175.000,00 Rp
100.000,00 |
Rp
175.000,00 |
Penghasilan neto sebulan
adalah |
|
Rp 3.325.000,00 |
Penghasilan neto setahun : 12 x
Rp 3.325.000,00 |
|
Rp 38.700.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp 15.840.000,00
|
Penghasilan Kena Pajak |
|
Rp 22.860.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang
setahun 5% x Rp 22.860.000,00 = |
Rp 1.143.000,00 |
|
PPh Pasal 21 terutang
sebulan Rp 1.143.000,00 : 12 = |
Rp 95.250,00 |
|
PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong untuk masa Januari
s.d. Mei 2009 adalah : |
5/12 x Rp 95.250,00 = |
|
Rp 476.250,00 |
PPh Pasal 21 yang sudah
dipotong masa Januari s.d. Mei 2009 adalah : 5 x Rp 95.250,00 = |
|
Rp 476.250,00
|
PPh Pasal 21 kurang (lebih)
dipotong |
|
N I H I L |
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1) di
Kantor Jakarta |
Gaji ( Januari s.d. Mei 2009) 5
x Rp 3.500.000,00 |
|
Rp 17.500.000,00 |
Pengurangan 1. Biaya
Jabatan 5% x Rp 17.500.000,00 = 2. Iuran pensiun 5% x Rp 100.000,00
= |
Rp 875.000,00
Rp
500.000,00 |
Rp
1.375.000,00 |
Penghasilan neto 5 bulan |
|
Rp 16.125.000,00 |
Penghasilan neto disetahunkan
: 12/5 x Rp 16.125.000,00 |
|
Rp 38.700.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp 15.840.000,00
|
Penghasilan Kena Pajak
disetahunkan |
|
Rp 22.860.000,00 |
PPh Pasal 21 disetahunkan 5% x
Rp 22.860.000,00 = |
|
Rp 1.143.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 5/12
x Rp 1.143.000,00 |
|
Rp 476.250,00 |
PPh Pasal 21 yang telah dipotong dan
dilunasi (Januari s.d. Mei 2009) adalah : |
|
5% x Rp 95.250,00 = |
|
Rp 476.250,00 |
PPh Pasal 21 kurang (lebih)
dipotong |
|
N I H I
L |
|
I.5.2 |
Kantor
Cabang Bandung
a. |
Penghasilan
neto di Bandung
Gaji Juni s.d. September 2009
: 4 x Rp 3.500.000,00 = |
|
Rp 14.000.000,00 |
Pengurangan 1. Biaya
Jabatan : 5% x Rp 14.000.000,00 = 2. Iuran pensiun 4 x Rp 100.000,00
= |
Rp
700.000,00
Rp 400.000,00 |
Rp
1.100.000,00 |
Penghasilan neto di Bandung |
|
Rp
12.900.000,00 |
|
b. |
Penghasilan neto di Jakarta |
|
Rp 16.125.000,00 |
Jumlah penghasilan neto 9
bulan |
|
Rp 29.025.000,00 |
Penghasilan neto disetahunkan
: 12/9 x Rp 29.025.000,00 = |
|
Rp 38.700.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp
15.840.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak
disetahunkan |
|
Rp 22.860.000,00 |
PPh Pasal 21 disetahunkan : 5%
x Rp 22.860.000,00 = |
|
Rp 1.143.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang
sebulan Rp 1.143.000,00 : 12 = |
|
Rp 95.250,00 |
PPh Pasal 21 terutang dan harus
dipotong untuk masa Januari s.d. September 2009 adalah : 9/12 x Rp
1.143.000,00 = |
Rp 857.250,00 |
PPh Pasal 21 terutang di
Jakarta sesuai dengan Form 1721 - A1 |
|
Rp 476.250,00 |
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong di Bandung masa Juni s.d.
September 2009 adalah : 1 x Rp 95.250,00 = |
Rp 381.000,00 |
PPh Pasal 21 kurang (lebih)
potong |
|
N I H I L |
|
|
|
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721-A1) di
Kantor Bandung |
Penghasilan neto di
Bandung Gaji Juni s.d. September 2009 : 4 x Rp 3.500.000,00 = |
|
Rp 14.000.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya Jabatan
: 5% x Rp 14.000.000,00 = 2. Iuran pensiun 4 x Rp 100.000,00 = |
Rp 700.000,00
Rp
400.000,00 |
Rp
1.100.000,00 |
Penghasilan neto di
Bandung Penghasilan neto di Jakarta |
|
Rp 12.900.000,00 Rp
16.125.000,00 |
Jumlah penghasilan neto 9 bulan
= |
|
Rp 29.025.000,00 |
Penghasilan neto disetahunkan
: 12/9 x Rp 29.025.000,00 = |
|
Rp 38.700.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp
15.840.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak
disetahunkan |
|
Rp 22.860.000,00 |
PPh Pasal 21
disetahunkan 5% x Rp 22.860.000,00 = |
|
Rp 1.143.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 9/12 x Rp
1.143.000,00 = |
|
Rp 857.250,00 |
PPh Pasal 21 telah dipotong dan dilunasi : Di Jakarta
sesuai dengan Form. 1721 - A1 Di bandung (4x Rp95.250,00) |
Rp 476.250,00 Rp 381.000,00
|
PPh Pasal 21 kurang (lebih)
dipotong |
|
N I H I
L |
|
|
I.5.3 |
Kantor
Cabang Garut
a. |
Penghasilan
neto di Garut
Gaji Oktober s.d. Desember 2009
: 3x Rp 3.500.000,00 = |
|
Rp 10.500.000,00 |
Pengurangan 1. Biaya
Jabatan : 5% x Rp 10.500.000,00 = 2. Iuran pensiun 3 x Rp 100.000,00
= |
Rp
525.000,00
Rp 300.000,00 |
Rp
825.000,00 |
Penghasilan neto di Garut |
|
Rp
9.675.000,00 |
|
b.
c. |
Penghasilan neto di Jakarta |
|
Rp 16.125.000,00 |
Penghasilan neto di Bandung |
|
Rp 12.900.000,00 |
Jumlah penghasilan neto
setahun |
|
Rp 38.700.000,00 |
PTKP - untuk WP sendiri |
|
Rp
15.840.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak |
|
Rp 22.860.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang
setahun 5% x Rp 22.860.000,00 = |
|
Rp 1.143.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan
Bandung sesuai dengan Form.1721 - A1 |
Rp 857.750,00 |
PPh Pasal 21 terutang di
Garut |
|
Rp 285.750,00 |
PPh asal 21 sebulan yang harus dipotong di Garut Rp
285.750,00 : 3 = |
Rp 95.250,00 |
|
|
|
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721-A1) di
Kantor Garut |
Penghasilan neto di Garut Gaji
Oktober s.d. Desember 2009 : 3x Rp 3.500.000,00 = |
|
Rp 10.500.000,00 |
Pengurangan : 1. Biaya Jabatan
: 5% x Rp 10.500.000,00 = 2. Iuran pensiun 3 x Rp 100.000,00 = |
Rp 525.000,00
Rp
300.000,00 |
Rp
825.000,00 |
Penghasilan neto di Garut |
|
Rp 9.675.000,00 |
Penghasilan neto di
Jakarta Penghasilan neto di Bandung |
|
Rp 16.125.000,00 Rp
12.900.000,00 |
Jumlah
penghasilan neto setahun = |
|
Rp
38.700.000,00 |
PTKP - untuk WP
sendiri |
|
Rp
15.840.000,00 |
Penghasilan Kena Pajak |
|
Rp 22.860.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang 5% x
Rp 22.860.000,00 = |
|
Rp 1.143.000,00 |
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung Sesuai dengan
Form. 1721 - A1 |
Rp 857.250,00 |
PPh Pasal 21 terutang di Garut |
|
Rp 285.750,00 |
PPh Pasal 21 telah dipotong (3xRp 95.250,00) |
Rp 285.750,00 |
PPh Pasal 21 kurang (lebih)
dipotong |
|
N I H I
L |
|
|
|
|